Friday 28 April 2017

Makalah harun ar rasyid


BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah Abbasiyah. Ia dilahirkan pada Februari 763 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi, khalifah ketiga Bani Abbasiyah, dan ibunya bernama Khaizuran. Masa kanak-kanaknya dilewati dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu pemerintahan. Guru agamanya yang terkenal pada masa itu adalah Yahya bin Khalid Al-Barmaki.
Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada September 786 M, pada usianya yang sangat muda, 23 tahun. Jabatan khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah, Musa Al-Hadi wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya.
Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan.
Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, hidup juga seorang cerdik pandai yang sering memberikan nasihat-nasihat kebaikan pada Khalifah, yaitu Abu Nawas. Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
RUMUSAN MASALAH
Sipakah khalifah  Harun Al Rasyid
Bagaimana kepeminpinan Khalifah Harun Al Rasyid
Apa saja Kamajuan yang di capai Kepeminpinan Harun Al Rasyid
Bagaimana penyebab kemunduran & kehancuran kekhalifahan Harn Ar-Rasyid
Bagaimana kronologi meninggalnya Sang Khalifah
 TUJUAN PENULISAN
Untuk menjelaskan siapa Khalifah Harun Ar-Rasyid
Untuk menjelaskan bagaimana masa keemasan Khalifah Harun Ar-Rasyid
Untuk menjelaskan kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid
Untuk menjelaskan kemunduran dan kehancuran kekhalifahan Harun Ar-Rasyid
Untuk menjelaskan kronologi wafatnya sang Khalifah
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    BIOGRAFI HARUN AL RASYID
Harun Al-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, d Thus, Khurasan. Harun Al-Rasyid adalah kalifah kelima dari dinasti Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang keempa. Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran seorang wanita sahaya dari Yaman yang dimerdekakan oleh Al-Mahdi. Harun ar-Rasyid memperoleh pendidikan di istana, baik pendidikan agama maupun ilmu pemerintahan. Ia dididik oleh keluarga Barmaki, Yahya bin Khalid salah seorang anggota keluarga Barmak yang berperan dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, sehingga ia menjadi terpelajar, cerdas, fasih berbicara dan berkepribadian yang kuat.
Dalam usia yang relatif muda, Harun Al-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.pada tahun 163 H beliau diangkat oleh ayahnya untuk menjadi gubernur di saifah dan pada tahun 164H beliau di beri kewenangan untuk memimpin seluruh wilayah anbar dan negeri-negri di wilayah afrika utara. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya al-Hadi.Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya, al-Hadi pada tahun 170 H.Harun al-rasyid berkuasa selama kurang lebih 23 tahun dan pada masa pemerintahanya islam mencapai puncak kejayaan.ia adalah seorang khalifah yang dicintai oleh rakyatnya karena mempunyai jiwa murah hati dan kedermawanan yang tinggi
Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya, al hadi pada tahun 170 H. Beliau merupakan khalifah paling baik, dan raja dunia paling agung pada waktu itu. Beliau bisa menunaikan haji setahun dan berperang selama setahun. Sekalipun sebagai seorang khalifah beliau masih sempat shalat yang bila dihitung seharinya encapai seratus rakaat hingga beliau wafat. Beliau tidak meninggalkan hal itu kecuali bila ada uzur. Demikian pula beliau bisa bersedekah dari harta pribadinya setiap hari sebesar 1000 dirham.
Beliau orang yang mencintai ilmu dan penuntut ilmu mengangungkan kerhomatan islam dan membenci debat kusir dalam agama dan perkataan yang bertantangan dengan kitabullah dan assunah annabawiyah.Beliau berumrah tahun 179 H di bulan ramadhan dan terus dalam kondisi ihram hingga melaksanakan kewajiban ibadah haji. Beliau berjalan kaki dari mekah ke padang arafah. Beliau berhasil menguasai kota Hiracle dan menyebarkan pasukannya yang kemudian menaklukan benteng Cicilia, Malconia, dan Cyprus. Lalu menawan penduduknya yang berjumlah 1600 orang.
Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, ia meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat meninggal usianya 45 tahun, bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri yang bernama Shalih.
Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih dan adil, sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.

B.     MASA KE EMASAN KHALIFAH HARUN AL RASYID
Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan. Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.
Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian yang sangat baik terhadap ilmuwan dan budayawan. Ia mengumpulkan mereka semua dan melibatkannya dalam setiap kebijakan yang akan diambil pemerintah. Perdana menterinya adalah seorang ulama besar di zamannya, Yahya Al-Barmaki juga merupakan guru Khalifah Harun Ar-Rasyid, sehingga banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir dari Yahya. Hal ini semua membentengi Khalifah Harun Ar-Rasyid dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam. Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, hidup juga seorang cerdik pandai yang sering memberikan nasihat-nasihat kebaikan pada Khalifah, yaitu Abu Nawas. Nasihat-nasihat kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Suasana negara yang aman dan damai membuat rakyat menjadi tenteram. Bahkan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya merata. Di samping itu, banyak pedagang dan saudagar yang menanamkan investasinya pada berbagai bidang usaha di wilayah Bani Abbasiyah pada masa itu.
Setiap orang merasa aman untuk keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang minim. Kaum terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di negeri yang luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah sakit, dan sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa itu.
Khalifah Harun Ar-Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab. Dewan penerjemah juga dibentuk untuk keperluan penerjemahan dan penggalian informasi yang termuat dalam buku asing. Dewan penerjemah itu diketuai oleh seorang pakar bernama Yuhana bin Musawih. Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, ia meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat meninggal usianya 45 tahun, bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri yang bernama Shalih.
Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih dan adil, sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.
Era keemasan Islam (The Golden Ages of Islam) tertoreh pada masa ke pemimpinannya. Perhatiannya yang begitu besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta peradaban Islam telah membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara adikuasa dunia di abad ke-8 M.
Harun Ar-Rasyid adalah Amir para Khalifah Abbasiyah. Dia adalah raja agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan dengan Karel Agung (742 M – 814 M) di Eropa. Pada masa kekuasaannya, Baghdad ibu kota Abbasiyah – menjelma menjadi metropolitan dunia. Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21 masih dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.
Sejak belia, Harun Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan agama Islam dan pemerintahan di lingkungan istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid. Berbekal pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar. Harun Ar-Rasyid memang dikenal sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian kuat, dan fasih dalam berbicara.
Ketika tumbuh menjadi seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin ekspedisi militer untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi militer pertama dipimpinnya pada 779 M – 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang dilakukan pada 781-782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke pantai Bosporus. Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.
Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah tahun 779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah saudaranya, Al-Hadi. Pada 14 Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima.
Harun Ar-Rasyid berkuasa selama 23 tahun (786 M – 809 M). Selama dua dasawarsa itu, Harun Ar-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke puncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21 ini dari sosok raja besar Muslim ini. Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan seniman.
Ia kerap mengundang para tokoh informal dan profesional itu ke istana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid begitu menghagai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari berbagai golongan dan status amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya. Harun Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan Muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah. Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Mekkah. Ia tak pernah lupa mengajak para ulama ketika menunaikan rukun Islam kelima. Jika sang khalifah tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana.
Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa pemerintahannya. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun Ar-Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).
Harun pun menyita dan mengembalikan harta Yahya senilai 30,87 juta dinar hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu, pemerintahan yang dipimpinnya bisa terbebas dari korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya. Pemerintahan yang bersih dari korupsi menjadi komitmennya. Konon, Harun Ar-Rasyid adalah khalifah yang berperawakan tinggi, bekulit putih, dan tampan. Di masa kepemimpinannya, Abbasiyah menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah-daerah di Laut Tengah di sebelah Barat hingga ke India di sebelah Timur. Meski begitu, tak mudah bagi Harun Ar-Rasyid untuk menjaga keutuhan wilayah yang dikuasainya.
Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya. Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain; pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M); pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin Abdullah bin Abi Taglib (792 M). Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.
Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah – perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya. Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam kitab 1001 malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang masa.

C.     KAMAJUAN  YANG DICAPAI PADA MASA KEPEMINPINAN HARUN AL RASYID
Pemerintahan
Khalifah Harun ar-Rasyid sendiri begitu cekap dalam menguruskan pentadbiran negara.  Beliau telah dapat  membanteras segala kekacauan dan pemberontakan di dalam negaranya dengan pelbagai rintangan dan dugaan. Beliau begitu mengambil berat terhadap kredibiliti tentera-tenteranya dan juga memberi perlindungan serta keselamatan untuk kesejahteraan rakyatnya.
Ekonomi
Banyak perubahan yang dilakukan oleh beliau dalam membangunkan ekonomi dengan melakukan aktiviti perdagangan, perniagaan dan membawa pedagang-pedagang asing untuk berniaga di Kota Baghdad. Disebabkan usaha inilah, ramai pedagang-pedagang asing yang datang membawa barangan mereka untuk diniagakan di Kota Baghdad.

Hubungan diplomatik
Beliau juga mengadakan hubungan yang baik dengan kuasa-kuasa asing, antaranya kerajaan Byzantium, Peranchis dan keluarga al-Barmaki.
Perhubungan ini bertujuan untuk pendamaian antara kedua-dua belah pihak melalui pembayaran ufti antara Kota Bahgdad dengan kerajaan Byzantium.
Perkembangan Ilmu
Khalifah harun ar-Rasyid dikenali sebagai tokoh negarawan terulung kerana usaha beliau dalam penyebaran ilmu pengetahuan.       Harun ar-Rasyid memperbesar departemen studi ilmiah dan penerjemahan yang didirikan kakeknya, Al-Mansur. Kemurahan hati ar-Rasyid, para menteri dan anggota istana yang berbakat terutama keluarga Barmak, yang saling berlomba membantu ilmu pengetahuan dan kesenian, membuat Baghdad menjadi pusat yang menarik orang-orang terpelajar dari seluruh dunia. Salah satu perkara penting yang menjadikan Harun ar-Rasyid begitu masyhur ialah naungannya atas ilmu dengan mendirikan “Baitul Hikmah” yang merupakan suatu institusi kebudayaan dan pikiran yang cemerlang ketika itu yang telah merintis jalan kearah kebangkitan Eropa.
Oleh kerana itulah, beliau membuka Baitul Hikmah iaitu institusi kebudayaan dan pusat kegiatan ilmu pengetahuan. Disamping itu juga, seseorang khalifah harus tahu untuk membangunkan dan memajukan negara agar menjadi sebuah negara yang maju dalam pelbagai bidang sama ada ekonomi, politik mahupun sosial. Ilmu pengetahuan sangat penting yang seharusnya ada dalam diri seorang khalifah.   Beliau juga mempunyai pengalaman yang cukup luas dalam mentadbir Kota Baghdad selama 23 tahun.
Kemajuan Intelektual
Kemajuan intelektual yang dicapai oleh Khalifah Harun ar-Rasyid juga adalah salah satu sumbangan yang besar diberikan oleh baginda. Terdapat buku-buku yang berupa terjemahan ilmu dari luar ataupun disusun oleh intelektual Islam tergolong dalam kemajuan intelektual.
Beliau dianggap sebagai penaung bagi semua kegiatan ilmu pengetahuan kerana beliau sering kali menganjurkan majlis forum, syarahan dan perbahasan, yang mana akan dihadiri oleh orang ramai dan golongan intelektual di masjid .
Baitul hikmah
Satu lagi sumbangan Khalifah ar-Rasyid yang sangat besar kepada kerajaan Abbasiyah ialah dengan tertubuhnya Baitul Hikmah.Sikap prihatin beliau dalam bidang ilmu pengetahuan mendorong beliau untuk menubuhkan institusi itu sebagai satu tempat penyebaran ilmu pengetahuan.
Semua kegiatan keilmuan ini merupakan satu usaha yang cemerlang dilakukan oleh beliau ketika mentadbir kerajaan Abbasiyah. Baitul Hikmah ini juga menggabungkan berbagai fungsi antaranya ialah sebagai tempat penyimpanan buku-buku, pengumpulan buku, perpustakaan, pusat akademik dan balai penterjemahan.  Ia juga merupakan lambang pendidikan yang terpenting dan telah dapat menandingi kemasyhuran Perpustakaan Iskandariah.
Pembinaan Baitulhikmah  yang merupakan sebuah institusi keilmuan yang ditubuhkan oleh khalifah Harun al- Rashid turut berkembang secara meluas dan mencapai kegemilangannya pada zaman pemerintahan Khalifah al- Makmun. Hasilnya:
Aktiviti penterjemahan dijalankan dengan pesat dan menjadi lebih sistematik.
Penterjemahan karya falsafah dan sains, khususnya daripada bahasa Yunani menjadi kegiatan utama.
Menjadi pusat pengajian yang menjadi tumpuan para ilmuwan dalam pelbagai bidang.
Keberkesanan pemerintahannya dalam bidang penulisan pula  boleh dilihat melalui tiga tahap.
Tahap yang pertama ialah mencatat segala percakapan atau idea. Beliau mengumpul idea yang serupa atau mengumpul hadis Nabi Muhammad s.a.w. ke dalam sebuah buku.
Tahap yang kedua pula mengarang. Terdapat golongan  ulama yang terlibat dalam penulisan pada zaman pemerintahannya. Ramai ulama menyusun hadis dan menghasilkan tulisan dalam bidang fikah, tafsir, sejarah, dan sebagainya seperti Imam Malik  menyusun buku al- Muwatta’, Ibn Ishaq  menyusun sejarah hidup Nabi Muhammad s.a.w., Abu Hanifah  menyusun fikah dan pendapat ijtihad.
Tahap ketiga pula ialah penterjemahan. Penterjemahan pada masa itu mula dibuat daripada bahasa Sanskrit, Suriani, dan Yunani kepada Bahasa Arab. Dua perkara penting berkaitan dengan penterjemahan ialah, di samping menterjemah, orang Islam mencipta dan membuat pembaharuan dalam karya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Huraian dan penambahbaikan dibuat terhadap karya dengan memuatkan keterangan dan ulasan. Selain itu,Orang Islam berperanan penting dalam berbakti kepada kebudayaan dunia kerana mereka berjaya memelihara warisan ilmu daripada lenyap semasa masyarakat Eropah dilanda Zaman Gelap
Di bidang Kesusasteraan
Yang telah menjadikan khalifah Harun ar-Rasyid termasyhur dan terkenal ialah melalui buku Seribu Satu Malam, yang telah menduduki tempat paling atas di bidang kesusasteraan dunia. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa dunia
Di bidang hubungan Luar Negeri
Khalifah telah menjalin hubungan diplomatik dengan beberapa negara di timur dan barat. Dialah khalifah pertama yang menerimma para duta besar di istananya. Seperti duta besar yang diutus kaisar Cina dan penguasa Perancis, Charlemagne. Kepada penguasa Perancis ia memberikan sebuah jam yang buat masyarakat barat katika itu masih merupakan barang yang aneh.
Di bidang Kesehatan
Khalifah mendirikan rumah sakit lembaga pendidikan dokter dan farmasi, pada masa itu sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.

KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN KEKHALIFAHAN HARUN AL-RASYID
Secara umum, ada dua hal yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran kekhalifahan Harun ar-Rasyid, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1.Faktor Internal
Semenjak awal pemerintahan Ar-Rasyid, problema suksesi menjadi sangat kritis. Ia telah mewasiatkan tahta kehalifaan kepada putranya yang bernama al-Amin dan kepada putranya yang lebih tua bernama al-Ma’mun seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat tahta khilafah sepeninggalan saudaranya.
Al-Amin adalah anak lelaki dari Subaidah dan Al-Ma’mun ialah anak dari istrinya yang bernama Marajil, seorang hamba sahaya.. Harun ar-Rasyid sangat menyayangi isterinya yang bernama Zubaidah, bahkan ternyata kedudukan isterinya ini setara dengan jabatan khalifah di sisi Harun ar-Rasyid. Atas desakan Zubaidah dan dukungan dari golongan Barmaki yang mendesak agar Al-Amin segera dilantik yang kelak mengganti kedudukan beliau, maka pada tahun 175H / 791 M. Muhammad resmi dilantik menjadi putra mahkota.
Khalifah menyadari bahwa kebijakannya dalam perkara ini adalah suatu kebijakan yang gagal dan akan membawa pada perpecahan dan pertumpahan darah. Oleh karena itu, ia pun mengambil langkah-langkah. Langkah yang paling menonjol yang ditempuhnya untuk menghindari angkara dari anak-anaknya dan menyelamatkan kaum muslim dari suatu keadaan kacau balau yang buruk, beliau melakukan ibadah haji. Di Makkah beliau menulis surat masing-masing berisi pengakuan dari dan kepada kedua anaknya, dan digantungnya di ka`bah, tetapi ternyata kebijakan yang dijalankanya bukan merintis pada perdamaian antara saudara bahkan sebaliknya telah menjadikan perselisihan dan sengketa yang amat buruk di antara Al-Amin dan Al-Ma`mun setelah ayahnya meninggal dunia. Sengketa ini telah mengorbankan beribu-ribu jiwa kaum muslim termasuk Al-Amin sendiri.
2. Faktor Eksternal
Adapun yang menjadi faktor eksternal adalah:
Pengangkatan Ibrahim bin Aqlab sebagai Gubernur turun temurun (800), yang kemudian menjadi Dinasti Aqlabiah, di Afrika Utara (Magribi).
Pemberontakan Rafi’ul al-Laish yang baru dapat dipadamkan pada masa Al-Ma’mun.

WAFATNYA SANG KHALIFAH
Pada perjalanan untuk menumpas kaum pemberontak di Khurasan, Harun ar-Rasyid tertimpa penyakit dan terpaksa berhenti bersama rombongan di desa Sanabat di dekat Tus, dan ditempat ini pula beliau meninggal dunia, tepatnya pada tanggal 4 Jumaditsani, 193 H /809 M.
Kejayaannya memimpin Dinasti Abbasiyah selama 23 tahun 6 bulan menyebabkan Amer Ali memberi penghormatan terhadap Pemerintah ar-Rasyid yang cemerlang tersebut dengan kata-kata berikut: “Nilailah dia seperti yang Anda sukai dalam ukuran kritik sejarah“ Harun ar-Rasyid senantiasa akan disejajarkan dengan raja dan penguasa terbesar di dunia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Biografi
Harun Al-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, d Thus, Khurasan. Harun Al-Rasyid adalah kalifah kelima dari dinasti Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang keempat. Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman. Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya, al hadi pada tahun 170 H.
Masa keemasan Khalifah Harun Ar-Rasyid
Beliau orang yang mencintai ilmu dan penuntut ilmu mengangungkan kerhomatan islam dan membenci debat kusir dalam agama dan perkataan yang bertantangan dengan kitabullah dan assunah annabawiyah.Beliau berumrah tahun 179 H di bulan ramadhan dan terus dalam kondisi ihram hingga melaksanakan kewajiban ibadah haji. Beliau berjalan kaki dari mekah ke padang arafah.
Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan
Kemajuan yang di capai Khalifah Harun Ar-Rasyid
Masjid, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah, rumah sakit, toko obat, jembatan dan terus-terusan dibangunnya, memperlihatkan hasratnya yang besar untuk kesejahteraan rakyatnya. Untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan Negara Harun ar-Rasyid memajukan ekonomi, perdagangan dan pertanian dengan sistem irigasi. Kemajuan sektor-sektor ini menjadikan Bagdad, ibu kota pemerintahan Bani Abbas, sebagai pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia. Pada saat itu, banyak terjadi pertukaran barang serta valuta dari berbagai penjuru. Dengan demikian, negara banyak memperoleh pendapatan dari kegiatan perdagangan tersebut lewat sektor pajak sehingga negara mampu membiayai pembangunan sektor-sektor lain.
Gedung-gedung yang megah, sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan juga sarana perdagangan mulai dibangun di kota Bagdad. Tidak lupa, ia membiayai pengembangan ilmu pengetahuan dibidang penerjemahan dan penelitian. Negara mampu memberikan gaji yang tinggi kepada ulama dan ilmuwan. Di samping pembangunan untuk masyarakat juga didirikan beberapa istana yang mencerminkan kemewahan waktu itu, salah satunya adalah istana al-Khuldi.
Kemundura Khalifah Harun Ar-Rasyid
Atas desakan Zubaidah dan dukungan dari golongan Barmaki yang mendesak agar Al-Amin segera dilantik yang kelak mengganti kedudukan beliau, maka pada tahun 175H / 791 M. Muhammad resmi dilantik menjadi putra mahkota.
Pengangkatan Ibrahim bin Aqlab sebagai Gubernur turun temurun (800), yang kemudian menjadi Dinasti Aqlabiah, di Afrika Utara (Magribi).
Pemberontakan Rafi’ul al-Laish yang baru dapat dipadamkan pada masa Al-Ma’mun.

Wafatnya sang Khalifah
Pada perjalanan untuk menumpas kaum pemberontak di Khurasan, Harun ar-Rasyid tertimpa penyakit dan terpaksa berhenti bersama rombongan di desa Sanabat di dekat Tus, dan ditempat ini pula beliau meninggal dunia, tepatnya pada tanggal 4 Jumaditsani, 193 H /809 M.






DAFTAR PUSTAKA
http://www.vianeso.com/2016/10/makalah-khalifah-harun-al-rasyid_3.html?m=1
http://yusufamrullah23.blogspot.co.id/2014/05/makalah-harun-ar-rasyid.html?m=1
http://uinilmuushuluddin.blogspot.co.id/2015/02/harun-ar-rasyid.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Harun_Ar-Rasyid#/search

No comments:

Post a Comment